Perhatikanlah, jumlah anak Nabi Yakub
AS as ada 12 orang. Yusuf adalah anak yang paling dicintai ayahnya. Demikian
juga bulan Ramadhan, ia adalah bulan yang paling dicintai Allah di antara dua
belas bulan dalam setahun.
Sebagaimana Yusuf yang merupakan
simbol kesabaran di tengah-tengah saudaranya, sesungguhnya bulan Ramadhan juga
bulan kesabaran.
Jika Nabi Yakub as bisa sembuh penglihatan
matanya dengan baju Yusuf ‘alaihissalam, sesungguhnya Ramadhan pun bisa mengembalikan
penglihatan pelaku maksiat, sehingga dengan penglihatannya itu dia kembali ke
jalan yang benar untuk sampai kepada Rabb-Nya dan kedua matanya terbuka pada
cahaya ketaatan.
Seperti saudara-saudara Yusuf yang
mendatanginya setelah berbuat kasar dan sangat jahat padanya, namun Yusuf tetap
menyambut mereka dengan sangat dermawan dan penuh maaf. Begitu juga Ramadhan,
ia datang dengan membawa penghormatan dan pemuliaan Ilahi seraya menyeru,
“Pada hari ini tidak ada cercaan
terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan Dia adalah Maha
Penyayang di antaranya penyayang.” (QS. Yusuf: 92).
Sebagaimana Yusuf yang membawa
kenikmatan kepada manusia selama tahun-tahun paceklik, sesungguhnya Ramadhan
adalah nikmat terbesar yang dikaruniakan Allah Azza wa Jalla kepada kita
setelah kita melewati masa yang penuh dengan ujian dan cobaan dalam hidup.
Amat sedikit hamba-hamba yang
bersyukur. Tapi kita harus mengikat nikmat ini dengan syukur. Mensyukuri nikmat
dengan amal (kerja).Ramadhan tidak lain adalah hari-hari yang cepat datang dan
cepat pergi. Sudah berapa banyak Ramadhan menghampiri kita tanpa kita
merasakannya. Siapa yang menang dan siapa yang rugi...
Rasulullah SAW telah bersabda, “Celaka
dan rugilah orang yang menjumpai Ramadhan sedang dia tidak mendapatkan
ampunan.”
Sungguh benar Hasan al-Bashri rahimahullah
ketika mengatakan, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan Ramadhan
sebagai arena pertandingan untuk makhluk-Nya. Mereka berlomba di dalamnya
dengan ketaatan-ketaatan untuk mendapat ridha-Nya. Ada orang-orang yang berada
terdepan di perlombaan dan mereka lah yang menang. Ada yang tertinggal di
belakang dan mereka lah yang kalah dan rugi. Yang aneh, orang yang tertawa
lalai, padahal mereka kalah dan merugi.”
Hasan al-Bashri tidak bermaksud
terkait hanya Ramadhan saja. Dia juga mengatakan, “Tidaklah suatu hari
menyembulkan fajarnya kecuali ia menyerukan: “Wahai anak manusia, saya adalah
makhluk baru dan menjadi saksi atas amal yang kamu lakukan, maka manfaatkanlah
kesempatan ini karena saya tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.”
Agar kita menjadi orang-orang yang
menang, maka kita harus membuat program kongkrit untuk memanfaatkan Ramadhan dan
meraih pahalanya. Program ini tidak hanya untuk Ramadhan saja, namun juga untuk
hari-hari sepanjang usia.
Demi Allah, Anda tidak tahu apakah
Ramadhan akan menjumpai Anda sekali lagi atau tidak?
*)
diambil dari artikel dalam buku "Ramadhan Sepenuh Hati" tulisan ust. Muhammad Lili Nur Aulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar