Nasihat

"Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya"

Rabu, 31 Agustus 2011

Memaknai kemenangan & Kejayaan

Pendahuluan
Dalam al-qur’an kemenangan itu dinamakan an-nashr dan alfath, sedangkan kata kemenangan itu sendiri tidaklah jauh berbeda makna dengan kata kejayaan & kesuksesan atau bahkan sama. Banyak orang menginginkan kemenangan, kejayaan dan kesuksesan  baik untuk pribadi maupun institusi atau organisasi yang ia geluti, dan tidak sedikit dari mereka yang stress atau bahkan bunuh diri manakala kenyataan mengabarkan hal yang bertentangan dengan apa yang ia dambakan dan rencanakan. Sebenarnya kalau kita coba teliti & renungi, apa hanya untuk itukah makna dan bentuk dari kata kemenangan yang kita rela jungkir balik tuk meraihnya? Sebuah ruang makna yang sempit untuk kata yang pada hakekatnya tidaklah sesempit itu, apalagi lembar sejarah manusia pun telah mengabarkan makna yang lebih luas dari kata kemenangan, tidak hanya sebatas penguasaan dan berkuasa di atas yang lain dikarenakan telah berhasil mengalahkannya, sehingga ia dikatakan sebagai seorang juara. Benar, tidak salah memahami dengan itu karena emang itulah makna asli dari kata kemenangan, dan itulah yang banyak dipahami oleh siapa aja yang mendengar kata kemenangan, tapi disini kita akan coba mengkajinya dengan tinjauan siroh nabawiyah dan juga rentetan sejarah dan peristiwa yang terjadi, bentuk-bentuk dari kemenangan yang Allah tunjukan dalam rentetan goresan sejarah.
Dan kita akan lebih mengaitkannya pada tashowwur da’awi, walaupun sebenarnya makna-makna ini bisa di kaitkan dengan berbagai gerakan, jamaah dan organisasi secara umum dengan berbagai macam orientasinya. Ini bukanlah bentuk dari menyenangkan diri dengan kekalahan yang di alami, tapi berusaha memahami dan merenungi hakekat taqdir yang telah ditetapkan illahi, meski tak sesuai dengan harapan & perencanaan pribadi. Oleh karena itu, kita sering mendengar ungkapan : ”kekalahan adalah kemenangan yang tertunda”.
Dr.Muhammad ash-shalabi pun dalam bukunya ”fiqh kemenangan & kejayaan” menjelaskan beberapa makna/bentuk dari kemenangan, yaitu :
- kebebasan dalam berdakwah & sabar terhadap fitnah dan celaan orang yang mencela
- respon positif terhadap dakwah
- tertanamnya makna-makna besar/nilai-nilai fitrah dalam hati manusia
- kehancuran kaum yang mendustakan

Makna Kemenangan
Dan disini kita akan coba paparkan makna & bentuk dari kemenangan yang harus kita pahami, yang mungkin akan ada kesamaan dengan apa yang dipaparkan Dr.Muhammad ash-shalabi tadi, baik secara redaksi maupun substansi, karena pada intinya tulisan-tulisan tentang ini bertujuan untuk memupus keputus asaan dan menumbuhkan rasa percaya diri setelah kukungan masalah / frame berpikir madesu (masa depan suram) yang di alami :
  1.  As-Sulthoh wa As-Siyadah ( Kekuasaan & Kepemimpinan )
Kekuasaan dan otoritas kepemimpinan, ini adalah makna yang lazim dipahami orang dari kata kemenangan, makna ini dapat terwujud dengan adanya pihak yang terkalahkan ataupun menyerahkan diri, baik karena kelemahan ataupun ketundukan/keridhoan. Makna kemenangan inilah yang tunjukan pada peristiwa fathu mekkah, dimana rosulullah dan para sahabatnya berhasil membebaskan kota mekah dari berhala-berhala kemusyrikan, kaum quraisy pun tunduk & menyerah kepada kaum muslimin, dan para pembesar mereka pun lari bersembunyi menyelamatkan diri karena takut dibunuh oleh kaum muslimin, karena emang begitulah tabiat yang berlaku bagi para pemenang perang atas kekalahan musuhnya, sebagaimana perkataan ratu balqis ketika disampaikan kepadanya surat dari nabi sulaiman, yang allah lukiskan kisahnya dengan di abadikan dalam al-qur’an : ”Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".......... (ratu balqis berkata) : ”Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat ”. (QS.Annaml : 30, 31, 53 )
Akan tetapi, kebijakan yang rosulullah ambil adalah  yang dipraktekkan oleh nabi yusuf terhadap saudara-saudaranya yang dulu telah mencelakainya dengan menceburkannya ke dalam subur : ”Yusuf berkata: "Pada hari Ini tak ada cercaan terhadap kamu, Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang". (QS.Yusuf : 92)
 
  2. Al-Qiyam ba’da al-hazimah ( Bangkit Setelah Kekalahan )
Sesaat setelah rosul dan para sahabat sampai dimadinah dan beristirahat sebentar, sehabis perang melawan kaum quraisy di bukit uhud,  turunlah perintah untuk kembali mengangkat senjata melawan pasukan quraisy yang telah memporak-pondakan barisan kaum muslimin, padahal kondisi kaum muslimin ketika itu sedang down dan amat sangat kelelahan sehabis perang uhud, yang di dalamnya banyak syuhada berguguran, dan memberikan banyak ibroh dan pelajaran tantang hakekat perjuangan dan kemenangan. Itulah pembelajaran secara langsung dari allah kepada umat nabi muhammad saw tentang taktik berperang, taktik menuai kemenangan pasca kekalahan, yaitu dengan bangkit kembali menggertak musuh
  3. At-Ta’tsir wa Al-Haimanah ( Pengaruh & Hegemoni )
Mempengaruhi adalah kepribadian seorang pemimpin, meskipun mempengaruhi tidaklah mesti memiliki kekuasaan dan otoritas. Contoh pada awal dakwah islam di mekah, jumlah orang islam memang sedikit dan banyak disiksa & di intimidasi, tapi orang-orang kafir malah ketakutan dan pusing sendiri karena merasa tersaingi.. artinya umat sebenarnya sudah menang.. apalagi ditambah lagi dengan kekalahan perang badar, yang merupakan pukulan telak dan nyata kekalahan orang-prang kafir.
Contoh lain yang lebih ke-kinian adalah hegemoni dan monopoli amerika terhadap negara-negara merdeka seperti indonesia sangatlah terasa, di bidang ekonomi, makanan, life style, bahkan frame berfikir, mereka tidaklah secara terang-terangan menjajah suatu kaum atau menguaasai secara otoritas tapi mereka seolah berkuasa dikaranakan pengaruh dan hegemomoni nya yang begitu kuat.
  4. Itsbatul Wujud ( Eksistensi Diri )
Manakala sebuah jamaah atau gerakan itu tetap eksis dan bahkan sudah mulai di akui dan diperhitungkan oleh para pesaingnya, setelah gelombang badai ujian dan tribulasi dengan berbagai mcam bentuknya senantiasa bergulir dan mennghantam gerak laju jamaah tersebut, maka itu juga bentuk kemenangan yang Allah berikan yang harus disyukuri, dan sebaliknya, belum tentu ”posisi”strategis pemerintahan yang telah di dapatkan merupakan anugerah Allah baginya, karena bisa jadi itulah ujian ataupun awal mushibah baginya, Allah berfirman : ”Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". [QS. Al-Fajr : 15 – 16]
Karenanya hendaklah kita bersikap seperti Nabi Sulaiman AS yang terlukiskan dalam Al-Quran : ”Maka dia tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". [QS. An-Naml : 19]
Dan Beliau pun tak sombong dan terperdaya dengan sanjungan, pujian dan jabatan yang di amanhkan kepadanya,  ”iapun berkata: "Ini termasuk anugerah Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".[QS. An-Naml : 40]

  5. Nasyrul Fikroh ( Penyebaran Fikroh )
Memang pada masa periode mekkah, kaum muslimin adalah kaum tertindas, di anggap sebagai golongan strata sosial terendah, tapi apa yang terjadi? fikroh dakwah islam justru tersebar luas seantero jazirah arab, dan itulah titik tolak dan kunci menuju kemenangan dakwah, ternyata penindasan dan penderitaan yang di alami kaum muslimin menimbulkan tanda tanya besar, mengapa begitu teguh mereka meyakini apa-apa yang disampaikan oleh muhammad? Dari situlah kemudian fikroh dakwah masuk ke relung hati umat manusia yang masih merindukan tuk kembali kepada kefitrahan diri, yang tak terkuasai oleh hawa nafsu dan gengsi. Itulah salah satu bukti dari firman Allah : ”Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. [QS.Alam Nasyor : 5 – 6]
  6. Wujud Taghyir Al-Ummah Ilal Ishlah ( Adanya Perubahan Menuju Kebaikan )
”Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun...
Perubahan adalah sebuah kepastian, perubahan dari kesyirikan menuju mengesakan Allah, perubahan dari perhambaan kepada manusia menuju perhambaan kepada Robb manusia, perubahan dari  kesempitan dunia menuju kelapangan dunia dan akhirat, perubahan dari kezaliman hukum manusia menuju keadilan hukum islam. Namun perubahan tak kan datang dengan sendirinya, tapi melalui usaha dan doa kepada yang Maha Kuasa dan Pembolak-balik hati manusia. Bukankah setelah di usir dan dinistakan dari thaif Nabi Muhammad justru berdoa : Ya Robbi ampuni kaumku karena mereka adalah kaum yang mengetahui hakekat dakwah ini, dan jadikanlah anak keturuna mereka beriman kepadaMu... (setidaknya itulah maksud dari doa Beliau, meski redaksinya tidaklah sama), padahal malaikat telah menawarkan diri untuk menimpakan gunung kepada kaum tersebut.


Penutup
Akhir kata, kita harus menyadari bahwa kemenangan-kemenangan yang telah diraih terutama dalam hal da’awi haruslah kita syukuri dan kita kembali semua hnya kepada alla’la haula wa laa quwwata illa billah’, sebagaimana wasiat umar bin khaththab ketika memberangkatkan pasukan kaumj muslimin tuk menaklukan persia : “sesungguhnya kemengangn yang telah diraih oleh kaum muslimin bukanlah dikarenakan personil pasukan yang berjumlah banyak atau persenjenjataan yang canggih atapun yang lainnya, akan tetapi semua itu dikarenakn ketqwaan kalian semua dan kaum muslimin, sehingga allah berkenan menganugerahkan kita sebagai seorang pemenang” bukankah dalam al-qur’an alla berfirman :’intansuullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum’?!
Maka dari itu kita semua harus menyingsingkan lengan baju dan menarik nafas panjang untuk mengumpulkan kekuatan guna mewujudkan kejayaan islam yang dulu pernah tertorehkan pada lembaran sejarah peradaban manusia, dan kejayaan akan kembali terulang manakala umat islam senanatiasa bersungguh-sungguh meretas jalan dan strategi yang telah Allah tunjukkan, Dia berfirman : ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian, dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dibumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah diridhoi. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun...” [An-Nur : 55]

fasabbih bihamdi robbika was taghfirhu, innahu kaana tawwaba.....


Senin, 29 Agustus 2011

'AMAL JAMA'I


Di atas tumpuan batang pohon pinang yang kokoh nan tinggi menjulang, yang berhiaskan hadiah-hadiah, dan hembusan angin yang menyibakkan kesejukan pada tubuh yang kelelahan, menghilangkan jutaan peluh keringat yang menghiasai, seorang pemuda berteriak-teriak penuh semangat : Allahu akbar…!Hore..!Yuoo…! setelah sebelumnya kesusahan dan kelelahan yang ia lalui. ini adalah luapan ungkapan kegembiran dan kemenangan yang telah ia raih bersama kawan-kawannya, dan ditengah kegembiraanya itu ia pun tak lupa untuk melemparkan hadiah-hadiah yang telah disediakan panitia kepada kawan-kawannya yang berada di  bawah…
Itulah sekilas kisah happy ending yang dialami oleh sekelompok pemuda yang berjuang bersama-sama meraih asa mereka yang tergantung pada ujung pohon pinang yang telah dilumuri oli itu, meski kesulitan dan kelelahan menerpa serta “perlawanan”dari para pesaing mereka yang juga menginginkan itu, tak jua menyurutkan tekad mereka untuk terus berusaha meraih asa tersebut.
Saudaraku…
Rangkaian peristiwa yang di alami sekelompok pemuda tadi ataupun para pesaingnya adalah sebuah gambaran yang dapat mewakili makna dari amal jama’i. dalam beramal jama’i kita tidak hanya dituntut untuk sama-sama bekerja saja ataupun bekerja sama-sama, tapi kedua hal tersebut haruslah terkandung dalam amal jama’i sebuah jama’ah, sehingga yang tercipta adalah kesolidan jama’ah tersebut, dan dengan kesolidan itulah mereka merumuskan gerak yang teratur, pada akhirnya asa yang diimpikan dapat terwujud dengan mudahnya, walaupun sebenarnya banyak sekali rintangan yang telah lalui bersama, tapi itu semua telah hilang dengan seketika dari ingatannya manakala rasa sukacita atas keberhasilan dan kemenangan telah menyapanya.
Mereka telah membuktikan bahwa mereka sama-sama bekerja : ada yang jadi komandan, ada yang jadi penopaang, ada yang jadi pengambil hadiah, ada yang membantu mengangkat kawannya,dsb. Mereka pun telah bekerja sama-sama dalam satu waktu, dengan posisi masing-masing. Coba bayangkan bila semuanya ingin memberi komandan, tentu tidak ada yang mau naik bergumul dengan oli yang hitam lagi pekat, atau semua ingin bergerak tentu tidak mungkin bisa membangun sebuah bangunan kokoh yang dapat membantu dalam meraih asa, karena yang bertugas menjadi pondasi pun tak mau hanya diam, berat!
Saudaraku…
Tentunya kesatuan gerak dan komitmen untuk beramal jama’i tak akan tercipta bila kita masih belum satu visi, asa dan obsesi serta pemahaman yang utuh atas posisi yang di emban dan konsekuensinya. Dan rasa tsiqoh pun diperlukan dalam beramal jama’i, apa jadinya bila sekelompok pemuda tadi bila mereka tidak saling mempercayai?! Komandan tidak ditaati, sifat individualis, perfectionis pun bermekaran pada tiap individu dalam kelompok tadi.
Pada akhirnya kita pun harus menyadari, bahwa kita bukanlah siapa-siapa tanpa oarng-orang sekitar kita, tak mungkin kita bisa meraih asa tersebut tanpa dukungan dan bantuan sahabat-sahabat kita, dan keberhasilan yang telah diraih bersama-sama bukanlah atas jerih payah kita pribadi, sehingga muncul rasa bangga dan merasa paling berjasa dan berprestasi atas semua yang terjadi, na’udzubillah min dzalik
Dan juga, adalah sebuah hal yang mustahil bila seseorang dapat meraih hadiah di ujung pohon pinang tersebut hanya seorang diri,itu namannya berkhayal.
“dan janganlah kalian saling berselisih, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, dan bersabarlah…”
Akhiru da’wana anilhamdulillahi robbil ‘alamin...