Pendahuluan
Dalam al-qur’an kemenangan itu dinamakan an-nashr dan alfath, sedangkan
kata kemenangan itu sendiri tidaklah jauh berbeda makna dengan kata kejayaan
& kesuksesan atau bahkan sama. Banyak orang menginginkan kemenangan,
kejayaan dan kesuksesan baik untuk
pribadi maupun institusi atau organisasi yang ia geluti, dan tidak sedikit dari
mereka yang stress atau bahkan bunuh diri manakala kenyataan mengabarkan hal
yang bertentangan dengan apa yang ia dambakan dan rencanakan. Sebenarnya kalau
kita coba teliti & renungi, apa hanya untuk itukah makna dan bentuk dari
kata kemenangan yang kita rela jungkir balik tuk meraihnya? Sebuah ruang
makna yang sempit untuk kata yang pada hakekatnya tidaklah sesempit itu,
apalagi lembar sejarah manusia pun telah mengabarkan makna yang lebih luas dari
kata kemenangan, tidak hanya sebatas penguasaan dan berkuasa di atas yang lain
dikarenakan telah berhasil mengalahkannya, sehingga ia dikatakan sebagai
seorang juara. Benar, tidak salah memahami dengan itu karena emang itulah makna
asli dari kata kemenangan, dan itulah yang banyak dipahami oleh siapa aja yang
mendengar kata kemenangan, tapi disini kita akan coba mengkajinya dengan
tinjauan siroh nabawiyah dan juga rentetan sejarah dan peristiwa yang terjadi,
bentuk-bentuk dari kemenangan yang Allah tunjukan dalam rentetan goresan
sejarah.
Dan kita akan lebih mengaitkannya pada tashowwur da’awi, walaupun
sebenarnya makna-makna ini bisa di kaitkan dengan berbagai gerakan, jamaah dan
organisasi secara umum dengan berbagai macam orientasinya. Ini bukanlah bentuk
dari menyenangkan diri dengan kekalahan yang di alami, tapi berusaha
memahami dan merenungi hakekat taqdir yang telah ditetapkan illahi, meski tak
sesuai dengan harapan & perencanaan pribadi. Oleh karena itu, kita sering mendengar ungkapan :
”kekalahan adalah kemenangan yang tertunda”.
Dr.Muhammad ash-shalabi pun
dalam bukunya ”fiqh kemenangan & kejayaan” menjelaskan beberapa
makna/bentuk dari kemenangan, yaitu :
- kebebasan dalam berdakwah & sabar terhadap
fitnah dan celaan orang yang mencela
- respon positif terhadap dakwah
- tertanamnya makna-makna besar/nilai-nilai fitrah
dalam hati manusia
- kehancuran kaum yang mendustakan
Makna Kemenangan
Dan disini kita akan coba
paparkan makna & bentuk dari kemenangan yang harus kita pahami, yang
mungkin akan ada kesamaan dengan apa yang dipaparkan Dr.Muhammad ash-shalabi tadi, baik secara redaksi
maupun substansi, karena pada intinya tulisan-tulisan tentang ini bertujuan
untuk memupus keputus asaan dan menumbuhkan rasa percaya diri setelah kukungan
masalah / frame berpikir madesu (masa depan suram) yang di alami :
1. As-Sulthoh wa
As-Siyadah ( Kekuasaan & Kepemimpinan )
Kekuasaan dan otoritas
kepemimpinan, ini adalah makna yang lazim dipahami orang dari kata kemenangan,
makna ini dapat terwujud dengan adanya pihak yang terkalahkan ataupun
menyerahkan diri, baik karena kelemahan ataupun ketundukan/keridhoan. Makna
kemenangan inilah yang tunjukan pada peristiwa fathu mekkah, dimana rosulullah
dan para sahabatnya berhasil membebaskan kota mekah dari berhala-berhala
kemusyrikan, kaum quraisy pun tunduk & menyerah kepada kaum muslimin, dan
para pembesar mereka pun lari bersembunyi menyelamatkan diri karena takut
dibunuh oleh kaum muslimin, karena emang begitulah tabiat yang berlaku bagi
para pemenang perang atas kekalahan musuhnya, sebagaimana perkataan ratu balqis
ketika disampaikan kepadanya surat dari nabi sulaiman, yang allah lukiskan
kisahnya dengan di abadikan dalam al-qur’an : ”Sesungguhnya surat itu, dari
SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang, Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri"..........
(ratu balqis berkata) : ”Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri,
niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi
hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat ”. (QS.Annaml : 30, 31, 53 )
Akan tetapi, kebijakan yang rosulullah ambil
adalah yang dipraktekkan oleh nabi yusuf
terhadap saudara-saudaranya yang dulu telah mencelakainya dengan menceburkannya
ke dalam subur : ”Yusuf berkata: "Pada hari Ini tak
ada cercaan terhadap kamu, Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan dia adalah
Maha Penyayang diantara para penyayang".
(QS.Yusuf : 92)
2. Al-Qiyam ba’da
al-hazimah ( Bangkit Setelah Kekalahan )
Sesaat setelah rosul dan para
sahabat sampai dimadinah dan beristirahat sebentar, sehabis perang melawan kaum
quraisy di bukit uhud, turunlah perintah
untuk kembali mengangkat senjata melawan pasukan quraisy yang telah memporak-pondakan
barisan kaum muslimin, padahal kondisi kaum muslimin ketika itu sedang down dan
amat sangat kelelahan sehabis perang uhud, yang di dalamnya banyak syuhada berguguran,
dan memberikan banyak ibroh dan pelajaran tantang hakekat perjuangan dan
kemenangan. Itulah pembelajaran secara langsung dari allah kepada umat nabi
muhammad saw tentang taktik berperang, taktik menuai kemenangan pasca
kekalahan, yaitu dengan bangkit kembali menggertak musuh
3. At-Ta’tsir wa
Al-Haimanah ( Pengaruh & Hegemoni )
Mempengaruhi adalah
kepribadian seorang pemimpin, meskipun mempengaruhi tidaklah mesti memiliki
kekuasaan dan otoritas. Contoh pada awal dakwah islam di mekah, jumlah orang
islam memang sedikit dan banyak disiksa & di intimidasi, tapi orang-orang
kafir malah ketakutan dan pusing sendiri karena merasa tersaingi.. artinya umat
sebenarnya sudah menang.. apalagi ditambah lagi dengan kekalahan perang badar,
yang merupakan pukulan telak dan nyata kekalahan orang-prang kafir.
Contoh lain yang lebih
ke-kinian adalah hegemoni dan monopoli amerika terhadap negara-negara merdeka
seperti indonesia sangatlah terasa, di bidang ekonomi, makanan, life style,
bahkan frame berfikir, mereka tidaklah secara terang-terangan menjajah suatu
kaum atau menguaasai secara otoritas tapi mereka seolah berkuasa dikaranakan
pengaruh dan hegemomoni nya yang begitu kuat.
4. Itsbatul Wujud (
Eksistensi Diri )
Manakala sebuah jamaah atau
gerakan itu tetap eksis dan bahkan sudah mulai di akui dan diperhitungkan oleh
para pesaingnya, setelah gelombang badai ujian dan tribulasi dengan berbagai
mcam bentuknya senantiasa bergulir dan mennghantam gerak laju jamaah tersebut,
maka itu juga bentuk kemenangan yang Allah berikan yang harus disyukuri, dan
sebaliknya, belum tentu ”posisi”strategis pemerintahan yang telah di dapatkan
merupakan anugerah Allah baginya, karena bisa jadi itulah ujian ataupun awal
mushibah baginya, Allah berfirman : ”Adapun manusia apabila Tuhannya
mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan
berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: "Tuhanku
menghinakanku". [QS.
Al-Fajr : 15 – 16]
Karenanya hendaklah kita bersikap seperti Nabi Sulaiman
AS yang terlukiskan dalam Al-Quran : ”Maka dia tersenyum dengan tertawa
Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: "Ya Tuhanku
berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". [QS. An-Naml : 19]
Dan Beliau pun tak sombong dan terperdaya dengan
sanjungan, pujian dan jabatan yang di amanhkan kepadanya,
”iapun berkata: "Ini termasuk anugerah Tuhanku untuk mencoba Aku
apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang
bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".[QS. An-Naml : 40]
5. Nasyrul Fikroh (
Penyebaran Fikroh )
Memang pada masa periode
mekkah, kaum muslimin adalah kaum tertindas, di anggap sebagai golongan strata
sosial terendah, tapi apa yang terjadi? fikroh dakwah islam justru tersebar
luas seantero jazirah arab, dan itulah titik tolak dan kunci menuju kemenangan
dakwah, ternyata penindasan dan penderitaan yang di alami kaum muslimin
menimbulkan tanda tanya besar, mengapa begitu teguh mereka meyakini apa-apa
yang disampaikan oleh muhammad? Dari situlah kemudian fikroh dakwah masuk ke
relung hati umat manusia yang masih merindukan tuk kembali kepada kefitrahan
diri, yang tak terkuasai oleh hawa nafsu dan gengsi. Itulah salah satu bukti
dari firman Allah : ”Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. [QS.Alam
Nasyor : 5 – 6]
6. Wujud Taghyir
Al-Ummah Ilal Ishlah ( Adanya Perubahan Menuju Kebaikan )
”Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan)
mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
(tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun...”
Perubahan adalah sebuah kepastian, perubahan dari
kesyirikan menuju mengesakan Allah, perubahan dari perhambaan kepada manusia
menuju perhambaan kepada Robb manusia, perubahan dari kesempitan dunia menuju kelapangan dunia dan
akhirat, perubahan dari kezaliman hukum manusia menuju keadilan hukum islam.
Namun perubahan tak kan datang dengan sendirinya, tapi melalui usaha dan doa
kepada yang Maha Kuasa dan Pembolak-balik hati manusia. Bukankah setelah di
usir dan dinistakan dari thaif Nabi Muhammad justru berdoa : Ya Robbi ampuni
kaumku karena mereka adalah kaum yang mengetahui hakekat dakwah ini, dan
jadikanlah anak keturuna mereka beriman kepadaMu... (setidaknya itulah maksud
dari doa Beliau, meski redaksinya tidaklah sama), padahal malaikat telah
menawarkan diri untuk menimpakan gunung kepada kaum tersebut.
Penutup
Akhir kata, kita harus menyadari
bahwa kemenangan-kemenangan yang telah diraih terutama dalam hal da’awi haruslah
kita syukuri dan kita kembali semua hnya kepada alla’la haula wa laa quwwata
illa billah’, sebagaimana wasiat umar bin khaththab ketika memberangkatkan
pasukan kaumj muslimin tuk menaklukan persia : “sesungguhnya kemengangn yang
telah diraih oleh kaum muslimin bukanlah dikarenakan personil pasukan yang
berjumlah banyak atau persenjenjataan yang canggih atapun yang lainnya, akan
tetapi semua itu dikarenakn ketqwaan kalian semua dan kaum muslimin, sehingga
allah berkenan menganugerahkan kita sebagai seorang pemenang” bukankah dalam
al-qur’an alla berfirman :’intansuullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum’?!
Maka dari itu kita semua harus
menyingsingkan lengan baju dan menarik nafas panjang untuk mengumpulkan
kekuatan guna mewujudkan kejayaan islam yang dulu pernah tertorehkan pada
lembaran sejarah peradaban manusia, dan kejayaan akan kembali terulang manakala
umat islam senanatiasa bersungguh-sungguh meretas jalan dan strategi yang telah
Allah tunjukkan, Dia berfirman : ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman di antara kalian, dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dibumi sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka dengan agama yang telah diridhoi. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan)
mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
(tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun...”
[An-Nur : 55]fasabbih bihamdi robbika was taghfirhu, innahu kaana tawwaba.....