HADITS
KEDUA
Rosululloh bersabda :
لأعلمن
أقواما من أمتي يأتون يوم القيامة بحسنات أمثال جبال تهامة بيضا فيجعلها الله هباء
منثورا . قال ثوبان : يا رسول الله صفهم لنا جلهم لنا أن لا نكون منهم و نحن لا
نعلم ، قال : أما إنهم إخوانكم و من جلدتكم و يأخذون من الليل كما تأخذون و لكنهم
أقوام إذا خلو بمحارم الله انتهكوها
Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat
nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang
putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan, Tsauban bertanya,
Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti
mereka sementara kami tidak mengetahui!, Beliau bersabda, Mereka adalah
saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam
seperti kalian, akan
tetapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka
melanggarnya
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam sunan-nya
: kitab azzuhdu, bab dzikru adz-dzunub 2/1418 nomor 4245, dan
terdapat di dalam al-fathul kabir di dalam dhommu az-ziyadah ilaa
al-jami’ ash-shoghir 2 / 3. Dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam shahihul
jami ash-shoghir 4 / 5 No.3904 semuanya dari tsauban ra.
MAKNA HADITS
Islam sangat menganjurkan untuk
senantiasa menaungi diri dengan keyakinan muroqobatullah (selalu merasa diawasi
Allah) yang tertanam kuat dalam diri, dan seorang muslim hendaknya menggali dan
memelihara perasaan tersebut (muroqobatullah, pentrj.) jika ia telah hilang
dari dalam diri, dan janganlah engkau melanggar hal-hal yang telah Allah
haramkan, tidak meniadakannya dan tidak juga meremehkannya, meskipun salah
tidak sengaja, dan hendaklah memiliki azam yang kuat untuk tidak kembali
melakukan pelanggaran tersebut selamanya.
Hadits yang sedang kita bahas ini
merupakan seruang yang lantang untuk senantiasa menjaga muroqobatullah dan rasa
malu kepada-Nya dalam keadaan sembunyi maupun tampak, sendiri maupun bersama.
Agar hakikat ini dapat terpatri dalam hati setiap muslim dan tidak akan hilang
darinya selamanya, maka nabi menerangkan kepada kita dengan menggunakan metode
kisah & hikayat. Beliau mengabarkan kepada kita melalui wahyu bahwasanya
nanti di hari kiamat ada sekelompok jama’ah dari umatnya yang datang dengan
membawa pahala yang banyak sekali, sehingga ibaratkan seperti tumpukan/gundukan
pasir dan kumpulan pasir yang membentuk gunung tihamah, namun allah tidak
menjadikan hal tersebut bernilai dan menjadi beratan baginya dalam timbangan,
rahasia dari itu semua adalah karena sekelompok jama’ah ini ketika dalam
keadaan menyendiri mereka melanggar apa-apa yang Allah haramkan, bukan menjaga
diri darinya.
Adapun maksud Nabi dibalik menceritaan kisah ini, agar kita
bisa mengambil ibroh/pelajaran darinya, yaitu untuk mengetahui hal tersebut
sebelum kehilangannya dan tidak terjeremus kepada hal yang sama yang telah
menimpa mereka,
“Maka ambillah
(Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai
wawasan”.(QS.59:2)
Dikarenakan
muroqobatullah merupakan asas/inti dari bentuk komitmen seorang muslim dengan
keislamannya dan tidak melanggar terhadap hal-hal yang diharamkan Allah, maka
kita mesti membahasnya menjadi 2 bagian :
1.
sarana-sarana yang dapat membantu menumbuhkan muroqobatullah dalam diri
2.
sarana-sarana yang dapat menumbuh kembangkan muroqobatullah dalam diri
Penjelasannya
sebagai berikut :
1.
sarana-sarana yang dapat membantu menumbuhkan muroqobatullah dalam diri
Yang dapat membantu menumbuhkan
muroqobatullah dalam diri adalah :
Ø Keyakinan
yang sempurna bahwasanya Allah maha mengetahui atas segala sesuatu yang
terjadi, baik dalam keadaan tersembunyi maupun tampak
“dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di
bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan
mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan”. (QS.6:3)
Sesungguhnya
seseorang jika dalam dirinya sudah tertanam hakikat muroqobah ini, maka ia akan
merasa malu jika Allah melihatnya dalam keadaan melakukan yang dilarang dan
meninggalkan yang diperintahkan. Dan
Allah pun telah menegaskan hal ini dalam firman-Nya potongan ayat QS.Al-baqoroh
: 235,
“dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; Maka takutlah kepada-Nya”.
Ø Keyakinan
sempurna bahwasanya Allah akan selalu memperhitungkan segala sesuatu yang
dilakukan dan akan memberitahukannya nanti pada hari kiamat, bahkan akan
membalasnya, keburukan dengan keburukan dan kebaikan dengan kebaikan.
Sesungguhnya jika seseorang meyakini betul hakikat ini, niscaya ia akan
mengetahui urusan dirinya (apa yang harus dilakukan, pentrj.) sebelum kematian
datang dan sebelum habis masanya, serta ia pun dapat membenteng diri dari
kesesatan dan mewajibkan jalan hidup dengan penuh kesungguhan
“dan
diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai
celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak
(pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang
telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang
juapun". (QS.8:49)
2.
sarana-sarana yang dapat menumbuh kembangkan muroqobatullah dalam diri
Yang dapat menumbuh kembangkan
muroqobatullah dalam diri adalah :
Ø Tekun
dan konsisten dalam ketaatan, seperti : shalat fardhu, qiyamulail, zakat,
shadaqoh, puasa, haji, membaca al-qur’an, dzikir, do’a, istighfar, merenungi
penciptaan diri dan alam semesta, muhasabah diri dari segala celaan, keburukan
& taubat, bahkan mu’aqobah (menghukum diri) dari segala kekurangan dan
pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah
Ø Komitmen
untuk terus berjama’ah dan hidup bersama di dalamnya, serta tidak keluar
darinya.
PELAJARAN-PELAJARAN
YANG DAPAT DIAMBIL DARI HADITS (TINJAUAN DAKWAH & TARBIYAH)
- Senantiasa menghadirkan muroqobatullah dalam setiap keadaan dan peristiwa
- Peran metode kisah dalam penguatan makna (suatu pelajaran) ke dalam diri seseorang dan terpatri di dalamnya, hingga tidak terlupakan
- Pentingnya komitmen kepada jama’ah dan berakhlaq dengan akhlaqnya (akhlaq jama’ah tersebut)
- Kewajiban memelihara semua kebaikan yang merupakan kebutuhan seorang muslim.