Nasihat

"Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya"

Rabu, 28 September 2011

ANASIR KEMENANGAN

“ Dan orang-orang kafir berkata : janganlah kamu mendengarkan bacaan al-qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan mereka “
[ QS. Fushshilat : 26 ]

Kalau kita renungi sejenak, dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya faktor utama bagi umat islam untuk meraih kemenangan adalah dengan senantiasa berpegang teguh dengan al-qur’an, yang merupakan marja’ asasi ajaran islam yang integral dan komprehensif ini, yang dimana dengan keteguhan tersebut itulah merupakan faktor terbesar umat islam dalam meraih kejayaan dan eksistensinya di atas musuh-musuh Allah swt., dan tentunya keteguhan tersebut tak akan pernah lahir kecuali dengan kita melakukan interaksi yang intens dengan al-qur’an. Faktor utamanya bukanlah karena banyaknya personil pasukan dan kehandalannya atau canggihnya teknologi persenjataannya, sebagaimana yang di ungkapkan oleh umar bin khoththob sebelum memberangkatkan pasukan islam melawan tentara Persia, beliau mengingatkan tentang faktor hakiki dari kemenangan yang senantiasa diraih kaum muslimin adalah : “…dikarenakan ketaqwaan kalian…”.

Ini bukanlah sebuah kajian tafsir, tapi hanya sekedar mencoba untuk mentadabburi firman Allah tersebut, ini bukanlah pelajaran yang sekedar  untuk dihafal & dipahami tapi ini memerlukan realisasi & pengejawantahannya di kehidupan sehari-hari, ini bukanlah sekedar kabar yang hanya untuk didengar melainkan sebuah intruksi illahi, agar para hambaNya menyadari makar-makar musuh & menambah keimanan dengan kemu’jizatan al-quran tersebut. ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. Dan karenanya mereka menjadi tidak takut ataupun gentar atas ancaman orang-orang kafir “orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".

Dan sebaliknya, ini juga yang dijadikan oleh orang-orang kafir sebagai senjata untuk mengalahkan umat islam yaitu dengan menyerukan kaumnya untuk membuat makar agar umat islam jauh dari al-qur’an & juga mewanti-wanti mereka untuk tidak mendengarkan & mempelajari alqur’an. dikarenakan hanya dengan mendengarkan ayat-ayat suci alqur’an saja, itu sudah memberikan efek magic terhadap jiwa seseorang. bahkan bagi yang tidak bisa bahasa arab pun bisa merasakan efek magic tersebut, apalagi bagi yang bisa bahasa arab & memahami makna ayat tersebut?!

Maka tak mengherankan jika Abul hasan ali an-nadawi pernah mengatakan “saat kejayaan adalah saat iman, saat kemunduran & kehancuran adalah saat hilangnya iman”, karena dengan tingginya intensitas seorang muslim dengan al-qur’an akan melahirkan keimanan yang senantiasa bergelora & terpatri dalam jiwa. Karena iman lah yang menggerakkan raga tuk berdakwah menegakkan agama Allah dimuka bumi, karena iman lah yang melahirkan bashiroh & totalitas dalam berdakwah, karena iman lah yang mengarahkan orientasi perjuangan kita agar tidak sia-sia, karena iman lah yang menyebabkan melimpahnya curahan rahmat dan berkah allah swt serta kemenangan bagi kaum muslimin sejak dulu hingga sekarang, itulah keajaiban iman. yang tentang keajaibannya telah terbukti selama 14 abad yang lalu, adakah itu akan terulang kembali?!atau hanya akan menjadi nostalgia masa lalu umat islam?!

Dikarenakan tingginya intensitas interaksi setiap muslim dengan al-qur’an itulah yang menjadikannya umat islam menjadi umat terbaik, dan inilah salah satu sudut pandang yang bisa kita pahami dari sabda rosulullah : “sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya”, hanya umat yang terbaik lah yang Allah beri anugerah & kemuliaan, dan hanya umat yang terburuk lah yang Allah beri kehinaan & keterpurukan. Adapun yang dimaksud interaksi dengan al-qur’an disini bukanlah sekedar membacanya dengan tahsin, akan tetapi disertai tahfizh, tadabbur, ta’lim, tabligh dan juga mengamalannya ke dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan individu muslim itu sebagai al-qur’an yang berjalan, bukan berjalan bersama al-qur’an saja. Dengan interaksi yang semacam itulah, insya Allah akan melahirkan keimanan yang terpatri dalam hati, yang menerangi & menggelorakan jiwa, yang menghidupkan ruh kejayaan islam dan yang melahirkan ketaqwaan, ”kejayaan & Izzah suatu kaum akan kembali terulang manakala ruh yang menghidupkannya  itu hadir kembali”.

Meskipun sebenarnya kondisi ini pun telah dikabarkan Allah swt dalam firmanNya : “Dan rosul (muhammad) berkata : wahai Robbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-qur’an ini di abaikan”. yaitu ketika musik lebih akrab ditelinga kita dibandingkan lantunan ayat suci al-qur’an, ketika lidah terasa lebih kelu dan susah membaca al-qur’an dibandingkan mendendangkan sebuah lagu, ketika ayat-ayat al-qur’an yang dibaca terasa hampa dan tidak bermakna dalam memberikan nutrisi bagi cahaya iman yang semakin redup, sehingga tidak melahirkan keajaiban iman yang tertorehkan dalam lembaran sejarah, ketika waktu yang disediakan untuk olahraga, menonton televisi, internet, dsb lebih banyak daripada waktu untuk khusyuk bercengkrama dengan kalam Illahi, ketika al-qur’an hanya sekedar menjadi pajangan & hiasan dilemari, ketika semua itu terjadi berarti pertanda bahwa secara perlahan namun pasti al-qur’an akan segera hilang dari dada umat islam, yang ada hanyalah tumpukan lembaran kertas yang berisi kalam Illahi yang tersusun dalam mushaf, hingga umat islam pun tidak punya izzah dan kekuatan.

Dan inilah strategi jitu yang dilakukan musuh-musuh Allah setelah kekalahan telak mereka diperang salib, mereka tak lagi menggunakan kekuatan fisik melainkan dengan strategi menjauhkan alqur’an dari kaum muslimin, strategi perang ini biasa disebut dengan ghozwul fikri, yang salah satu agendanya adalah melahirkan para orientalis untuk membiaskan pemahaman tentang islam dari internal umat islam itu sendiri, begitu juga dengan penyebaran budaya atau life style ala barat, dsb. Mereka memahami sekali tentang ini, sedangkan umat islam justru malah terbuai dan terlena dengan dunia dan tidak menyadari makar-makar musuh-musuh Allah, waa muslimuuh..!

Utsman bin affan pernah mengatakan : ”seandainya hati kita bersih, niscaya kita tidak akan pernah kenyang untuk berinteraksi dengan kitabullah (al-qur’an)”, adakah kita merasakan keadaan tersebut? adakah kita dalam membaca al-qur’an bagaikan membaca novel, yang tidak mau terputus waktu membacanya meski sedetik dan bahkan mata pun tak mau berkedip? adakah getar-getar kenikmatan & kelezatan ketika membaca al-qur’an? atau hanya sekedar rutinitas & mengejar target belaka?

Pada akhirnya, apapun yang terjadi pada saat ini, kita harus tetap meyakini bahwa  kemenangan itu pasti akan kembali diraih umat islam, bahwa masa depan adalah milik umat islam, tapi kapan dan siapa yang akan mengusungnya? itu tergantung dari kapankah umat islam siap untuk menerima dan memikul amanah kemenangan yang telah dijanjikan, adakah yang siap mengemban itu & totalitas dalam meraihnya?! Dan tidak boleh dilupakan pula akan  faktor kemenangan terpenting yang harus ada, yaitu adanya interaksi yang intens umat islam dengan al-qur’an dan berpegang teguh dengan apa-apa yang ada di dalam nya.

Dari membaca & mempelajari al-qur’an akan lahir pemahaman & bashiroh, kemudian dari sanalah akan lahir keyakinan & keikhlasan, dan dari keyakinan & keikhlasan itulah akan melahirkan ‘amal & totalitas dalam berdakwah. Dan akhir kata “intanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum”. [ arz.22068@gmail.com ]
        Bogor, 10 Mei 2009H / 15 Jumadil Ula 1430M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar