Dengan izin Allah SWT, 70 orang musyrik Quraisy berhasil
dibinasakan dan 70 orang musyrik lainnya ditawan. Di kalangan pasukan
Islam, 6 shahabat Muhajirin dan 8 shahabat Anshar gugur sebagai
syuhada’. Kemenangan telak pasukan Rasulullah SAW yang kecil atas
pasukan musyrik yang besar itu diabadikan oleh Allah SWT sebagai yaumul furqan,
hari pembeda antara kebenaran dengan kebatilan. Kebenaran Islam dari
kebatilan jahiliyyah, kebenaran tauhid dari kebatilan syirik, kebenaran
iman dari kebatilan kekufuran. Allah SWT berfirman,
“…Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada di hari Furqaan, Yaitu di
hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal (8): 41)
Perang Badar adalah peperangan besar pertama antara kekuatan Islam
dengan musuh-musuh Islam. Ia memang telah terjadi 1430 tahun yang lalu
menurut kalender hijriyah. Namun sampai hari ini, bahkan sampai
menjelang hari kiamat kelak, ia akan terus menjadi sumber pelajaran bagi
kaum muslimin. Berjuta hikmah senantiasa ia pancarkan sebagai pelita
jalan bagi para komandan dan prajurit jihad yang berjuang menegakkan
Islam. Para dai, murabbi, mushlih, dan mujaddid, senantiasa
menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kerasnya jalan dakwah,
tarbiyah, ishlah, dan tajdid.
Allah SWT menghendaki perang Badar sebagai pelajaran abadi bagi setiap muslim dan muslimah. Bukan sekedar melantunkan senandung shalawat Badar yang mengandung
tawasul bid’ah dan syirik. Juga bukan hanya membaca atau menghafal
kisahnya dari buku-buku Sirah Nabawiyah. Lebih dari itu, bagaimana kaum
muslimin mengambil pelajaran akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, politik,
ekonomi, dan militer dari perang Badar. Itulah yang dikehendaki oleh
Allah SWT sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang
telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan
segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan
bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali Imran (3): 13)
Saudaraku seislam dan seiman…
Kisah lengkap perang Badar sudah tertulis dalam buku-buku Sirah
Nabawiyah. Shalawat Badar sudah terlalu sering kita dengar mengalun
syahdu dari masjid dan majlis taklim. Namun, seberapa sering kita
merenungkan dan mengambil pelajaran dari perang Badar? Sudahkah kita
meluangkan waktu kita di bulan terjadinya perang Badar ini dalam kajian
serius tentang hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik darinya? Sudahkah
kita menjadi Ulil Abshar (orang-orang yang mempunyai mata hati) yang melaksanakan firman Allah SWT di atas?
Perang Badar adalah panggung nyata pelajaran akidah. Ia mengajarkan kemurnian niat lillahi Ta’ala dalam perjuangan, bukan memburu nikmat duniawi dengan kendaraan agama. Ia mengajarkan tawakal, tsiqah
(percaya sepenuhnya), isti’anah (meminta pertolongan), dan istighatsah
(meminta pertolongan saat bencana menimpa) kepada Allah semata. Ia
menegaskan mu’jizat Nabi SAW, karamah para shahabat, dan turunnya
pertolongan Allah. Ia meneguhkan iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan
malaikat-Nya. Ia mengajarkan wala’ kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum
beriman. Ia mengabadikan bara’ kepada kaum musyrik, walau mereka adalah
ayah, anak, saudara, atau kaum kerabat sendiri.
Perang Badar adalah wahana langsung pembelajaran ibadah. Ada
pelajaran thaharah lewat air hujan. Ada pelajaran shalat wajib
berjama’ah walau musuh sudah sejarak pandangan mata. Ada pelajaran
shalat malam dan larut dalam khusyu’nya doa sebagai bekal sebelum
berperang. Ada pelajaran dzikir sebelum, ketika, dan sesudah berperang.
Perang Badar mengajarkan akhlak secara praktik. Ia mengajarkan kepada
setiap prajurit muslim untuk mendahulukan ajakan Allah dan Rasul-Nya
walau tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribadi. Ia
mengajarkan sikap siap dan taat kepada Rasulullah SAW meski bertolak
belakang dengan kepentingan hawa nafsu. Ia mengajarkan pentingnya sabar
dan tsabat (teguh, tidak mundur) saat bertemu musuh. Ia mengajari setiap
komandan untuk bermusyawarah dengan bawahan, mencintai pasukan, dan
mempedulikan semua kebutuhan mereka.
Perang Badar mengajarkan mu’amalah secara benar. Darinya, komandan
memahami hak dan kewajibannya terhadap anggota pasukan. Pasukan
mengenali hak dan kewajibannya terhadap komandan. Ia juga mengajarkan
etika terhadap tawanan, harta rampasan perang, dan tebusan terhadap
tawanan.
Perang Badar adalah teladan dalam ilmu kemiliteran. Memilih posisi
yang tepat, menyediakan logistic yang cukup, mengirim mata-mata,
menghimpun data yang akurat tentang kekuatan musuh, musyawarah komandan
dengan para penasehat militer, membangun pos komando, menyiapkan dan
mengatur barisan, mengatur siasat perang, ketaatan kepada komandan,
kesolidan pasukan, keberanian dan keteguhan di medan laga, dan banyak
pelajaran lainnya.
Perang Badar adalah sarana pembelajaran strategi ekonomi. Melemahkan
kekuatan ekonomi musuh dengan menghadang dan merampas kafilah dagang
mereka agar tidak dipergunakan sebagai sarana memerangi kaum muslimin,
adalah tujuan utama keberangkatan pasukan Islam ke medan Badar. Suatu
hal yang kini digembar-gemborkan oleh media massa
zionis-salibis-sekuleris sebagai pembajakan, perampokan, dan kejahatan
terhadap usaha bisnis kapitalis mereka.
Perang Badar juga merupakan ajang pertarungan politik antara kedua
belah pasukan. Pihak yang menang akan meraih kepercayaan diri yang
tinggi dan penghormatan dari bangsa Arab di seantero Jazirah Arab. Kaum
Yahudi mulai memperhitungkan kekuatan kaum muslimin. Dan kaum musyrikin
di Madinah terpaksa menampakkan diri sebagai orang-orang muslim, demi
menyelamatkan nyawa dan harta mereka. Penduduk Madinah terbagi menjadi
tiga; muslim, munafik, dan Yahudi. Kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah
semakin mantap, sedang kaum Yahudi dan munafik selalu mencari-cari
kesempatan yang tepat untuk menikam dari belakang.
Bahkan perang Badar membawa dampak luar biasa bagi bidang pendidikan.
Anak-anak kaum muslimin di Madinah sibuk belajar baca-tulis. Gurunya
adalah para tawanan perang musyrik yang memiliki keahlian baca-tulis,
sebagai syarat pembebasan mereka. Pemberantasan buta huruf dan aksara
begitu digalakkan. Kebodohan adalah musuh yang harus diperangi,
sebagaimana mereka memerangi pasukan musrik di lembah Badar.
Benar yang beradu langsung adalah otot dan senjata di lembah Badar.
Namun dimensi dan dampaknya meluas, merambah semua sektor kehidupan kaum
muslimin dan kaum musyrikin. Demikian pentingnya kemenangan dan
demikian berbahayanya kekalahan dalam perang ini, sehingga semalam
suntuk Nabi SAW berdoa sambil menangis dalam shalat malamnya,
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي .. اللَّهُمَّ آتِ
مَا وَعَدْتَنِي.. اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ
أَهْلِ الإسلام لا تُعْبَدْ فِي الأرْضِ!!
“Ya Allah, laksanakanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya
Allah, karuniakanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya
Allah,jika Engkau membiarkan kelompok kecil umat Islam ini kalah binasa,
niscaya Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi!” (HR. Muslim no. 3309)
Saudaraku seiman dan seislam…
Bulan Ramadhan adalah bulan jihad, ribath, dan kemenangan. Kemenangan
mujahidin Imarah Thaliban di Afghanistan atas pasukan salibis NATO dan
murtadin…kemenangan mujahidin Imarah Islam di Iraq atas pasukan salibis
dan murtadin…kemenangan mujahidin Asy-Syabab atas pasukan
salibis-murtadin di Somalia…kemenangan mujahidin Aden-Abyan atas pasukan
murtadin di Yaman…dan kemenangan-kemenangan mujahidin lainnya di
seluruh dunia…semoga merupakan rentetan panjang dari kemenangan telak
perdana pasukan Islam di medan Badar tahun 2 H.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kemenangan kepada mujahidin
Islam yang ikhlash berjuang demi tegaknya syariat Allah di muka bumi
sesuai manhaj Rasul-Nya…siapa pun mereka…di manapun mereka berada…dan
kapan pun waktunya. Amien.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ramadhan & Sirah Nabawwiyah #3
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar