
Para ulama, cendekiawan, dai, murabbi, dan mujahid selalu
mengenangnya dan mengkajinya sepanjang masa. Dari satu waktu ke waktu
lainnya, mereka nantiasa menemukan mutiara pelajaran yang tiada
habisnya.
Di bulan suci Ramadhan ini, kita akan mengenang, mengkaji, dan
mencoba memetik mutu manikam hikmah dari peristiwa besar tersebut.
Berikut ini sebagian hikmah yang dapat kita simpulkan.
Sebab Keberangkatan Pasukan Islam
Perjanjian Hudaibiyah memberi kesempatan kepada setiap suku untuk
bersekutu dengan pihak yang disukainya. Suku Khuza’ah memilih bersekutu
dengan kaum muslimin, sedang suku Bakr bersekutu dengan Quraisy. Kedua
suku itu sejak zaman Jahiliyah telah bermusuhan. Permusuhan itu terhenti
dengan adanya perjanjian Hudaibiyah. Namun pada bulan Sya’ban 8 H atau
23 bulan setelah perjanjian ditanda tangani, suku Bakr menyerang suku
Khuza’ah secara sepihak. Suku Quraisy membantu penyerangan tersebut
dengan senjata dan personil, sehingga belasan warga suku Khuza’ah tewas.
Maka utusan suku Khuza’ah meminta bantuan kepada Rasulullah SAW di
Madinah. Pencederaan perjanjian damai secara sepihak ini mendorong
Rasulullah SAW dan kaum muslimin untuk membela sekutu mereka dan
menghukum musuh. Perjanjian damai yang semula dibenci oleh mayoritas
kaum muslimin itu ternyata menjadi awal kemenangan besar. Allah SWT
berfirman,
فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
“Mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ (4): 19)
Kekalahan mental pemimpin musyrik…awal kemenangan Islam
Rasulullah SAW berangkat bersama pasukan Madinah yang berkekuatan
10.000 personil pada tanggal 10 Ramadhan 8 H. Sepanjang jalan, banyak
anggota suku-suku Arab yang bergabung dengan pasukan beliau. Abu Sufyan
bin Harb, pemimpin suku musyrik Quraisy, gemetar ketakutan mengetahui
berita itu. Ia berangkat bersama Abbas bin Abdul Muthalib untuk meminta
jaminan keamanan dari Rasulullah SAW. Di lembah Zhahran, Abu Sufyan
akhirnya menyatakan masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Abu Sufyan
menyaksikan sendiri besarnya kekuatan pasukan Islam. Pasukan musyrik
Quraisy dan sekutunya pasti tak akan mampu memberi perlawanan yang
berarti. Ia segera kembali ke Makkah dan mengumumkan kepada masyarakat
Makkah, “Wahai kaum Quraisy, ini Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak bisa kalian tandingi. Karena
itu, barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman. Barangsiapa
memasuki rumahnya, maka ia aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil
Haram, maka ia aman.”Penduduk Makkah pun berhamburan mencari
selamat, dengan memasuki rumah masing-masing atau Masjidil Haram. Abu
Sufyan telah kalah mental. Dan ia mengalahkan kaumnya sendiri. Mereka
semua kalah mental, sebelum pasukan Islam benar-benar memasuki kota
Makkah.
Kembali ke kampung halaman
Pasukan Islam terus berjalan, sehingga menebarkan rasa gentar di hati
musuh pada setiap lembah dan kampung yang mereka lalui. Mereka berjalan
sampai lembah Dzi Thuwa hingga akhirnya memasuki Makkah yang sunyi,
lenggang. Rasulullah SAW menunggang untanya dengan memakai penutup
kepala hitam dan merendahkan kepalanya sehingga jenggotnya menyentuh
pelana unta, sebagai bentuk tawadhu’ kepada Allah SWT. Dahulu beliau
diusir dan diburu oleh kaum musyrik Quraisy untuk dibantai. Kini, 8
tahun setelah semua kejahatan itu, beliau kembali dengan kekuatan besar
untuk menaklukkan kampung halaman. Maha Benar Allah Yang telah
berfirman,
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى
مَعَادٍ قُل رَّبِّي أَعْلَمُ مَن جَاء بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ
مُّبِينٍ
“Sesungguhnya (Allah) Yang mewajibkan atasmu (melaksanakan
hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat
kembali. Katakanlah: “Rabbku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan
orang yang dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Qashash (28): 85)
Tiada kesombongan sedikit pun dalam diri beliau, justru beliau
menunjukkan kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah Yang Maha
Besar lagi Maha Perkasa. Beliau tidak melakukan pembakaran, perusakan,
dan pembantaian, seperti yang biasa dilakukan oleh para diktator
penakluk yang menang perang. Inilah akhlak para fatihin mujahidin rabbaniyyin.
Jaminan keamanan…kemenangan berikutnya
Rasulullah SAW kembali mengumumkan jaminan keamanan bagi penduduk
Makkah, seperti yang telah diumumkan oleh Abu Sufyan sebelumnya. Rasa
aman menyelimuti seluruh penduduk Makkah. Negeri yang dahulu diwarnai
penindasan kaum musyrik terhadap kaum muslimin kini telah menjadi negeri
yang aman dan penuh kedamaian. Rasa aman itu disusul oleh menjalarnya
keislaman dan keimanan ke sanubari penduduk Makkah. Mereka pun masuk
Islam secara sukarela dengan berbondong-bondong. Inilah kemenangan
sejati.
Tiada jaminan keamanan untuk pemimpin kejahatan
Rasulullah SAW memberikan pengampunan umum kepada penduduk Makkah.
Kecuali bagi para ‘penjahat perang’ yang melampaui batas dalam memusuhi
Rasulullah SAW dan kaum muslimin. Mereka adalah orang yang menyerang
wanita muslimat saat berhijrah ke Madinah, atau melecehkan Nabi SAW
lewat syair-syair caci makian, atau murtad disertai pembunuhan terhadap
kaum muslimin. Mereka dijatuhi hukuman mati, walau bersembunyi di balik
tirai Ka’bah. Ini juga merupakan kemenangan tersendiri, agar masyarakat
Islam terlindungi dari kejahatan pentolan kekafiran.
Penghancuran berhala-berhala
Di dalam dan sekitar masjidil Haram, Rasulullah SAW memimpi pasukan
Islam menghancurkan satu demi satu berhala yang disembah oleh kaum
musyrik. Masjid yang selama ini dikotori oleh kesyirikan dan kekejaman
kaum musyrik terhadap kaum muslimin yang lemah, kini telah disucikan.
Kesombongan para pemimpin musyrik yang melecehkan ayat-ayat Al-Qur’an
dan dakwah Islam kini telah dirobohkan. Fisik berhala-berhala telah
roboh. Bersamaan dengan itu, berhala pemikiran, kebudayaan, tradisi
jahiliyah, dan pedoman hidup kaum musyrik juga telah rubuh. Syariat
Allah SWT-lah yang kini tegak dan berjaya. Ini juga merupakan kemenangan
tersendiri.
Baiat adalah kemenangan tersendiri
Seluruh penduduk Makkah berkumpul di masjidil Haram. Mereka
mengikrarkan baiat masuk Islam, mendnegar, dan taat kepada Rasulullah
SAW. Pertama kali adalah kaum laki-laki, disusul kaum wanita. Kaum
wanita berbaiat untuk tidak berbuat syirik, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak mengada-adakan
kebohongan, dan menaati Rasululah SAW dalam kebajikan. Baiat ini
merupakan sebuah kemenangan tersendiri.
Adzan di atas Ka’bah
Atas perintah Rasulullah SAW, Bilal mantan budak yang teguh di atas
keimanan diperintahkan naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan adzan.
Suara adzan menggema ke seluruh penjuru kota, memasuki setiap relung
hati manusia dan rumah. Adzan adalah persaksian akan pentauhidan Allah
dan kerasulan SAW disertai ketundukan dalam shalat, untuk menggapai
kemenangan dunia dan akhirat, sebagai bukti nyata kemenangan agama Allah
dan keagungan Allah Yang Maha Besar. Agama Allah berjaya di atas
segala agama batil manusia, seperti agungnya suara adzan di atas Ka’bah.
Pengajaran Nabi SAW
Rasulullah SAW tinggal selama 20 hari di Makkah untuk memberikan
pengajaran Islam kepada masyarakat. Beliau juga mengutus pasukan ke
berbagai daerah sekitar Makkah untuk menghancurkan berhala-berhala yang
selama ratusan tahun disembah oleh suku-suku Arab.
Dahulu saat pertama kali berdakwah di bukti Shafa, beliau dicaci maki
dan dilempari kerikil. Kini seluruh penduduk Makkah menghadiri dakwah
beliau dengan mata yang melihat, telinga yang mendengar, dan hati yang
menerima. Kini beliau dengan lantang mencabut paganisme dan budaya
jahiliyah sampai ke akar-akarnya. Di hari penaklukan Makkah, beliau
berkhutbah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ
عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ ، وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا،
فَالنَّاسُ رَجُلَانِ: بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ، وَفَاجِرٌ
شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ، وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ، وَخَلَقَ اللَّهُ
آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ: ” يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah melenyapkan fanatisme
jahiliyah dan kebanggaan dengan nenek moyang dari diri kalian. Manusia
hanya ada dua; orang mukmin lagi bertakwa yang mulia di sisi Allah, dan
orang durjana yang celaka lagi hina di sisi Allah. Semua manusia
keturunan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat (49): 13) (HR. Tirmidzi no. 3193)
Penaklukan Makkah adalah kemenangan di atas kemenangan. Rasulullah SAW memasuki kota Makkah sambil membaca ayat,
“Katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’ (17): 81)
Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (QS. Saba’ (34): 49)
Setiap zaman memilik kemenangan tersendiri
Pada setiap zaman dan setiap tempat, Allah mengutus di tengah umat
ini orang-orang yang membuka penaklukan-penaklukan dan mengobati
luka-luka umat. Hal itu sebagaimana Allah mengutus orang-orang yang
memperbaharui ajaran Islam yang telah dilupakan dan menghidupkan kembali
syariat Islam yang telah dicampakkan. Mereka semua disebutkan oleh
hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ – عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ – مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang memperbaharui agama umat ini.” (HR. Abu Daud no. 3740, dishahihkan oleh Ibnu Atsir, As-Suyuthi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan lain-lain)
Manusia yang paling layak untuk menyandang kemuliaan tajdid
adalah orang-orang yang Allah tegakkan untuk menghidupkan jihad dalam
jiwa manusia, menghapus kehinaan umat, membebaskan tanah air kaum
muslimin, menghidupkan kemuliaan umat, membangun jiwa dan meninggikan
cita-cita mereka.
Dakwah Islam ini senantiasa berada dalam lindungan Allah sejak
pertama kali dikumandangkan. Kemenangan Islam akan senantiasa terulang
dan penaklukan Islam akan senantiasa terjadi. Allah telah menetapkan
bahwa Ia akan senantiasa memenangkan Islam, menjayakan Rasul-Nya, dan
menjadikan hamba-Nya yang beriman berkuasa di muka bumi. Saat itu
terjadi, kekuasaan Islam akan mencapai seluruh penjuru bumi dan
menjangkau setiap rumah.
Di bulan Ramadhan yang penuh berkah…bulan kemenangan ini…hidupkan
kembali pelajaran-pelajaran agung dan keteladanan Rasulullah SAW dalam
menaklukkan Makkah, pusat kesyirikan bangsa Arab. Ambil hikmahnya,
kobarkan semangatnya, dan amalkan contoh baiknya, demi
kemenangan-kemenangan Islam kontemporer di setiap tempat.
Wallahu a’lam bish shawab.
Ramadhan & Sirah Nabawwiyah #4
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar