Wahyu pertama telah disampaikan
kepada Rasulullah SAW di gua Hira’. Namun perjumpaan pertama dengan
malaikat Jibril yang di luar perkiraan tersebut telah menggetarkan
Rasulullah SAW. Hati beliau diliputi rasa khawatir. Badan beliau gemetar
dan berkeringat dingin. Beliau begitu takut, sehingga bergegas pulang
menemui istrinya. “Selimutilah aku! Selimutilah aku!”pinta beliau. “Sungguh, aku khawatir atas diriku sendiri,” ujar beliau kepada Khadijah. Beliau lantas menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya.
Mendengar penuturan suami tercinta, Khadijah berkata dengan tegas namun lembut menyejukkan hati:
كَلاَّ، أَبْشِرْ فَوَاللهِ لاَ يُخْزِيكَ اللهُ أَبَدًا؛
وَاللهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ، وَتَحْمِلُ
الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ تَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى
نَوَائِبِ الْحَقِّ.
“Sekali-kali janganlah khawatir! Bergembiralah! Demi Allah, Allah
selamanya tidak akan menghinakanmu. Demi Allah, engkau selama ini
senantiasa menyambung tali kekerabatan, berkata jujur, menanggung beban
orang yang lemah, memberi santunan orang yang tidak memiliki apa-apa,
menjamu tamu, dan membantu orang-orang yang mengalami musibah.” (HR. Bukhari: Kitab bad-il wahyi no. 3 dan Muslim: Kitab al-iman no. 160)
Inilah kalimat-kalimat agung yang diucapkan oleh ummul mukminin,
Khadijah, yang sanggup menentramkan hati Rasulullah SAW. Khadijah
memerankan peran yang sangat fundamental dalam suasana pasca turunnya
wahyu Allah yang pertama tersebut. Khadijah sebagai seorang istri yang
shalihah telah meringankan kesempitan dada yang melanda diri Rasulullah
SAW setelah perjumpaan hebat dengan malaikat Jibril tersebut. Khadijah
meyakinkan beliau bahwa Allah SWT akan senantiasa melindungi dan
membimbing beliau. Untuk itu, Khadijah menyebutkan berbagai sifat mulia
yang selama ini dilakukan Rasulullah SAW di tengah masyarakat.
Khadijah menjelaskan bahwa Allah SWT sekali-kali tidak mungkin
menghinakan dan menelantarkan Nabi SAW, dengan satu alasan. Beliau
selalu mengamalkan ibadah-ibadah sosial. Pasti Allah SWT tidak akan
menghinakan orang yang senantiasa menyambung tali kekerabatan, berbicara
jujur, menanggung beban hidup orang-orang yang lemah, memuliakan tamu,
dan membantu orang-orang yang terkena musibah.
Khadijah telah bertindak sebagai dokter jiwa, filosof ahli pikir, dan
ahli hikmah yang memahami seluk beluk sunatullah terhadap diri
hamba-Nya. Sesungguhnya pelaku kebaikan hanya akan memetik buah
kebaikan, dan Allah tidak mungkin menzhalimi hamba-Nya. Kalimat-kalimat
yang diucapkannya adalah nasehat-nasehat emas yang bahkan mendahului
sabda Nabi SAW:
صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِى مَصَارِعَ السُّوءِ وَاْلآفَاتِ وَالْهَلَكَاتِ…
“Perbuatan-perbuatan baik akan mencegah terjadinya kematian yang buruk, musibah-musibah dan kebinasaan dari diri pelakunya…” (HR. Al-Hakim dari Anas bin Malik, dengan sanad shahih)
صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِى مَصَارِعَ السُّوءِ وَصَدَقَةُ
السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيدُ فِى
الْعُمْرِ
“Perbuatan-perbuatan baik mencegah pelakunya dari musibah-musibah
yang buruk, sedekah secara sembunyi-sembunyi bisa memadamkan murka
Allah SWT, dan menyambung tali kekerabatan dapat memanjangkan usia.” (HR. Ath-Thabrani dari Abu Umamah Al-Bahili, 8/261 no. 8014. Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid, 3/115, berkata: sanadnya hasan)
Hati yang suci lagi menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat luas,
kaum papa, lemah, dan tertindas tersebut sekali-kali tidak akan
ditelantarkan oleh Allah. Kesedihan dan gundah gulana tak akan
menyapanya. Rasa takut kepada sesama manusia tak akan pernah
menjamahnya. Hatinya akan senantiasa lapang, gembira, dan menoak
jauh-jauh debu kesempitan hidup.
Sekali-kali janganlah khawatir!
Hatimu tidak akan sempit dan sedih, selama engkau membawa kebajikan kepada sesame manusia.
Bergembiralah!
Luka-luka akan mongering, rasa sakit akan hilang. Engkau akan
menjalani kehidupan ini dengan hati yang baik, memancarkan limpahan
cahaya kebajikan kepada umat manusia. Engkau akan membuka hati-hati yang
terkunci, mata-mata yang terbutakan, dan telinga-telinga yang tersumbat
dari kebenaran.
Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakanmu.
Engkau bukanlah tipe orang yang akan ditelantarkan dan dihinakan oleh
Allah. Engkau adalah hamba-Nya yang senantiasa memuliakan sesama
manusia, mengenyangkan orang-orang yang kelaparan, menghilangkan dahaga
mereka, memberi pakaian orang-orang yang telanjang, dan memberi naungan
bagi musafir yang tidak membutuhkan penginapan. Engkau adalah sosok
seorang ayah, yang senantiasa mengelus lembut kepala anak-anak yatim.
Engkau adalah seorang ibu, yang senantiasa memaafkan orang-oran yang
berbuat buruk kepadamu.
Demi Allah, engkau selama ini senantiasa menyambung tali kekerabatan
Engkau menyambung tali kekerabatan dengan kerabatmu yang memutusnya.
Engkau menguatkan kerabat dekat yang lemah. Engkau cukupi kebutuhan
kerabat dekat yang papa. Engkau adalah tulang punggung keluarga dan
kerabatmu. Bagi orang yang lebih tua, engkau adalah anak yang berbakti.
Bagi orang yang sebaya, engkau adalah saudara yang baik hati. Dan bagi
orang yang lebih muda, engkau adalah orang tua yang mengasihi. Apa yang
mereka dengar dan lihat dari dirimu hanyalah kebaikan.
Engkau senantiasa berkata jujur
Engkau tidak pernah berbohong. Engkau tidak pernah menipu mereka.
Engkau tidak pernah member kesaksian palsu. Engkau tidak pernah
memanipulasi. Masyarakat tidak pernah mendapatimu berbohong, walau
sekali dalam seumur hidupmu. Jiwa ragamu bersih dari kotoran kedustaan.
Engkau selalu menanggung beban orang yang lemah
Bukan hanya membantu orang yang lemah, engkau juga memikulnya! Bukan
hanya memikul dirinya, engkau juga memikul bebannya! Tiada orang lemah
yang bertandang kepadamu, melainkan engkau penuhi kebutuhannya, engkau
gembirakan hatinya, dan engkau muliakan kehinaannya.
Engkau selalu menjamu tamu
Alangkah beruntungnya orang yang singgah di rumahmu! Alangkah
sedapnya hidangan yang kau sajikan untuk tamumu! Engkau nyalakan tungku,
engkau masakkan kuah berdaging dan adonan roti yang lembut, dan engkau
penuhi kebutuhannya. Jika tamu bermalam di rumahmu, mereka menikmati
tidur yang nyeyak dan aman. Jika tamu keluar dari rumahmu, mereka
merasakan kebahagiaan dan penghormatan dari tuan rumah.
Engkau selalu membantu orang-orang yang tertimpa musibah
Musibah yang dialami manusia beragam. Kesulitan hidup yang mendera
mereka bertumpuk-tumpuk. Jika mereka dating meminta bantuan, engkau
ulurkan bantuanmu. Kala mereka memerlukan pinjaman tanpa bunga, engkau
salurkan pinjamanmu. Saat krisis ekonomi menghantam mereka, engkau
kucurkan kedermawananmu. Bagi kaum papa, yatim, janda, dan orang-orang
yang mengalami kesusahan…pintu rumahmu selalu terbuka lebar-lebar.
Engkau tempat yang selalu mereka rindukan.
Saudaraku seislam dan seiman…
Inilah akhlak sosial Muhammad bin Abdullah Al-Hasyimi Al-Qurasyi
sebelum menerima wahyu. Ia adalah sumber kebajikan bagi segenap
masyarakat. Jika dahulu ia dicintai oleh semua hati manusia…apakah kini
ia akan ditelantarkan dan dihinakan oleh Sang Pencipta? Tidak, demi
Allah, tidak akan pernah.
Inilah akhlak sosial yang harus menjadi akhlak setiap muslim dan
muslima di zaman ini. Terlebih bagi para ustadz, da’I, mubaligh, ulama,
dan aktifis muslim yang berjuang demi iqamatud dien. Wahyu pertama di
bulan Ramadhan dikaruniakan kepada manusia agung yang memiliki akhlak
agung. Jiwa yang agung dan akhlak yang mulia adalah syarat mutlak bagi
para pengemban risalah Islam, agar mereka mampu sabar, tegar, dan
istiqamah di jalan Allah SWt sampai mereka menemui balasan yang telah
dijanjikan Allah SWT.
Di bulan yang penuh berkah ini, sudah seharusnya kita meniru akhlak
sosial Rasulullah SAW …niscaya kita akan bahagia, dan Allah SWT tidak
akan menelantarkan Anda.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ramadhan & Sirah Nabawwiyah #2
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar